Wind Breaker (Manhwa oleh Jo Yongseok)

Mira Agustin
10 min readApr 5, 2023

--

~~~

Hai guys! Long time no see.

Gua sekalian mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

Minggu pertama di bulan April, dan gua berhasil menamatkan Wind Breaker sejumlah 438 episode dalam waktu tiga/empat hari. Manhwa ini masih ongoing, dan gua nggak nyangka manhwa ini bikin gua catch up sampai episode mutahkir dalam waktu sesingkat itu.

Wind Breaker terbit pertama kali di Naver bulan Desember 2013, dan mulai tayang di Webtoon English setahun kemudian, Desember 2014. Kalau dihitung, maka hampir 10 tahun manhwa ini telah nemenin pembaca dan fansnya. Such a long episode, yet I enjoyed reading it.

Sinopsis Wind Breaker

Wind Breaker

Ok, gua akan menceritakan sedikit tentang manhwa ini.

Wind Breaker adalah sebuah manhwa sport tentang olahraga bersepeda. Sinopsis manhwa ini adalah, ada seorang siswa SMA, nerd, namanya Jay Jo, yang ternyata jago main sepeda.

Suatu sore dia mau pergi ke perpustakaan dengan naik sepeda. Ketika lewatin turunan curam dengan belokan tajam di bawah, dia dengan entengnya melakukan drift. Seperti trope-trope manhwa pada umumnya, aksi itu dilihat sama anak-anak SMA lain yang berkumpul nggak jauh dari tempat itu. Ternyata, anak-anak SMA itu tergabung dalam satu klub sepeda, namanya Zephyrus.

Mereka terkesan sama apa yang dilakukan Jay. Namun demikian, ada satu orang yang ngeremehin Jay. Dia bilang, halah sepeda sampah kayak gitu. Anak lain, yang ternyata satu sekolah dengan Jay, sadar kalau yang melakukan aksi itu tadi adalah Ketua Osis di sekolahannya.

Besoknya, Minu, ketua Zephyrus yang juga teman satu sekolah Jay, nyamperin Jay dan bilang kalau dia terkesan sama drifting yang dilakukan Jay kemarin. Kemudian Minu ngajak karakter utama kita ini buat ke taman tempat Zephyrus biasa main sepeda. Dia bilang kalau ada yang ngajak tanding Jay, yakni seorang yang ngehina sepeda Jay kemarin.

Ya, begitulah, Jay yang mulanya dikira nggak datang akhirnya ke sana dan nerima tantangan itu. Pertandingan dimenangkan Jay, dan sejumlah hal terjadi setelah itu.

Singkat cerita Jay dan Minu jadi kawan, meskipun sebenernya Jay ini punya kepribadian yang unfriendly dan sinis yang bikin dia susah deket sama orang lain. Namhn demikian, dia diajak sama Minu dan June yang dikeluarkan dari Zephyrus buat ngebentuk kru sepeda baru dengan Dom dan Shelly juga masuk jadi anggotanya. Mereka jadi dekat dan berteman baik.

Ohiya, cerita pertemuan mereka dengan Dom dan Shelly pun enak buat dibaca. Apalagi si Dom yang didesain jadi karakter badut dalam manhwa ini. Gua juga suka bagaimana mereka bisa bonding satu sama lain dalam kru baru itu.

Humming Bird Crew (Dari kiri: June, Dom, Minu, Jay, Vinny, Shelly)

Premis cerita dimulai ketika anak-anak itu ikut pertandingan sepeda amatir yang hadiahnya 100.000.000 Won. Kru mereka namanya Humming Bird, dan mereka akan bertanding dalam kompetisi. Bagaimana perjalanan mereka? Kamu harus baca Wind Breaker buat nemu jawabannya.

Segi Cerita

Waktu gua baca manhwa ini, gua spontan nyesel, “Anjir, kemana aja gua selama ini.” Karena menurut gua manhwa ini terbilang refreshing di tengah manhwa-manhwa romance kerajaan, time travel, reincarnation yang jadi mayoritas tema di Webtoon.

Secara cerita mungkin Wind Breaker nggak terlalu baru, ya. Manhwa ini ngambil trope-trope seperti yang biasanya ada dalam manhwa sport dan manhwa lain, yakni seperti orang tua yang ngelarang main sepeda karena menganggu akademik, anak CEO yang rebel karena kejadian di masa lalu, anak ketua geng mafia yang jago berantem, atau misalnya salah satu tokoh itu adalah anak atlet sepeda kelas dunia.

Dari sana gua bisa melihat kalau manhwa ini masih berkutat pada karakter-karakter yang punya privilege. Tokoh utama kita, Jay Jo, misalnya. Dia pintar, punya bakat dan skill, anak orang berada, cuma sayangnya dilarang aja sama orang tuanya main sepeda karena mereka ingin Jay jadi dokter. Atau Minu, si rebel anak orang kaya yang punya trust issue sama bokapnya. Dan sejumlah tokoh lainnya yang punya keistimewaan sendiri.

Anyway, gua malah tertarik sama side karakter yang namanya Vinny. Gua kira dia villain karena lakunya cukup asshole di awal-awal kemunculannya. But, turns out kalau dia yang mengalami character development paling signifikan dan punya naik turun dalam cerita.

Di antara yang lain, Vinny juga yang paling nggak beruntung. He’s coming from a poor family, lives only with his mom, and he’s struggling with financial conditions and has to take care of his mom’s health condition whose getting worse.

Lalu, dia kena bully sejak kecil, dan kemudian bagaimana itu mengubah dia jadi anti-hero menurut gua menarik . Gua malah lebih suka sama perjalanan dia yang naik turun itu dibanding sama apa yang dihadapi oleh tokoh utama.

Saat baca gua merasa kayaknya Vinny ini tokoh favorit si author. Lalu ketika gua buka instagram buat cari akun Jay (hahaha) dan nemu akun autor-nya, gua lihat kalau sang author ini sering unggah sketsa Vinny. Firasat gua pun benar hahaha (ini cuma intermeso saja).

Apa yang gua suka dari cerita manhwa ini adalah kesabaran author dalam menjaga pacing, padahal umur manhwa ini udah hampir 10 tahun. Sampai episode mutakhir, kompetisi itu belum selesai. Dan meskipun begitu, sepanjang 400 episode itu gua nggak ngerasa bosen. Nggak ngerasa berlebihan dengan ceritanya, mungkin karena aksi sepedaannya keren, gua ikut deg-degan. Pun ada beberapa drama di dalamnya dan romance-nya.

Gua rasa yang amat berpengaruh buat ngeboost cerita di Wind Breaker ini adalah karakter-karakter tokoh di dalamnya. Beberapa udah gua sebutin di atas, dan gua bisa bilang kalau gua bisa membayangkan karakter-karakter itu meskipun gua lagi nggak baca. Manhwa ini cukup bagus dalam memaksimalkan peran sebuah tokoh. Semua kru di Humming Bird dapat “arc”-nya sendiri, kecuali si June yang entah kenapa author kurang mengeksplor dia.

Hal lain yang bikin gua terikat sama Wind Breaker adalah topik tentang “doping” yang dibicarakan. Gua tahu kalau doping itu dilarang, dan gua merasa dapet informasi baru lewat penggambaran dalam cerita di mana suatu pertandingan amatir bisa jadi saluran buat ngetes obat itu, yang kalau dalam manhwa ini obat itu masih belum selesai diuji. Dengan kata lain, beberapa anak yang lomba di kompetisi amatir itu jadi kelinci percobaan.

Argh, suddenly I remember my Vinny….

Doping, yang merupakan obat buat meningkatkan performa secara instan maupun bertahap, dilarang di dunia olahraga. You know, it’s like a cheating in academic test. Kamu nggak berusaha maksimal atas apa yang kamu usahakan, tapi kamu dapet posisi nomor 1 karena booster itu. Such a shame in the sports competition.

Secara baik manhwa ini ngasih kita padangan dari dua sisi. Pertama, dari orang yang benar-benar berusaha sendiri dan karena itu menganggap doping nggak ada value-nya. Ya, ini seperti cheating yang gua analogikan di parangraf sebelumnya. Pun, biarpun kamu berturut-turut berusaha sendiri (latihan, latihan, latihan), tapi kemudian kamu coba doping dan itu ketahuan, semua usaha kamu selama ini nggak akan dianggap atau dihargai. Karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Di sisi lain, kita pun dikasih lihat pandangan dari orang yang memutuskan buat ngeboost kemampuannya dengan doping. Sebuah POV yang menjelaskan kalau pada dasarnya dunia itu nggak adil. Ada orang yang lahir dengan bakat itu, prodigy, dengan usaha tertentu bisa nge-push dia jadi maksimal. Ditambah lagi kalau dia berasal dari latar belakang yang mendukung dia buat mencapai itu (kekayaan atau koneksi yang mempermudah). But, lebih banyak orang-orang yang nggak terlahir dengan kejeniusan semacam itu.

Okay, dia punya bakat, tapi nggak setinggi level para jenius yang gua sebutkan di awal. Dia perlu melakukan lima kali usaha lebih keras buat mencapai apa yang bisa dilakukan oleh orang jenis pertama tadi dalam suatu rentang atau usaha tertentu, misalnya. Jadi memang dua jenis manusia itu berbeda dalam tingkat efisiensi dan efektivitas. That’s why, dunia itu nggak adil.

Itulah apa yang hendak dicapai lewat akselerasi dengan obat doping, buat menambal what so called unfairness.

At some points, gua jadi inget apa yang pernah dibilang sama Kita Shinsuke di pertandingan Karasuno vs Inarizaki. Dia menyebut orang-orang jenius itu sebagai monster, mereka yang terlahir dengan bakat dan bisa mencapai sesuatu dengan efektif dan efisien. Tapi, kalau di Haikyuu, Kita Shinsuke nggak pesimis. Dia bilang, “Kalau kamu sebelum bertanding udah bilang dia lebih hebat dari kamu karena bakatnya, maka kamu udah kalah duluan.”

Balik lagi ke Wind Breaker, ada sejumlah tokoh di sana yang merasa nggak adil dengan bakat yang dimiliki oleh sejumlah orang itu. Sesederhana atlet nasional yang selalu jadi runner-up, yang meskipun di mata orang biasa dia udah sangat hebat, tapi dia ingin sekali jadi yang nomor satu itu. Turns out orang ini bikin obat doping sebagai cara dia nyembuhin luka dia masa lalu.

Soal doping ini pula yang bikin Jay Jo, tokoh utama kita yang nggak pedulian, tiba-tiba memutuskan buat ikut kompetisi sepeda itu. Dia mau cari kebenaran soal pamannya yang dituduh pakai doping.

Okay, gua rasa soal cerita sekaligus karakter cukup sampai di sini aja, ya. Kita ganti ke topik yang lain.

Gambar

Gua secara pribadi amat suka sama gambar di manhwa ini. Di chapter-chapter awal, gambar Wind Breaker ini memang masih standar, tapi untuk ukuran tahun 2014 terbit gua rasa itu terbilang sudah bagus pada masanya.

Peningkatan gambar mulai terasa setelah masuk ke chapter seratusan. Raut muka tampak lebih baik (lebih ganteng tentunya>>>>>), dan proporsi tubuh yang dibuat lebih seimbang. Meskipun demikian, dari awal gua udah menikmati aksi-aksi yang ditampilin di manhwa ini, ciamik banget.

Hayolo, keren nggak tuh (Uri Jay Jo / Jo Jahyun)

Gimana cara satu tokoh bersepeda, waktu mereka balapan, kejar-kejaran, saling mendahului, gua suka banget. Apalagi saat udah melewati episode 200-an, gambar semakin baik.

Mungkin yang menarik buat gua itu adalah ciri khas dari author-nya, Jo Yongseok, yang semakin ke belakang dia bikin garis stroke yang lebih tebel dan rupa wajah yang makin tajem, ditambah gurat-gurat arsir. Gua suka banget sama ciri khas itu.

Semua karakter glow up sejalan dengan bertambahnya episode. Ya, nggak lain karena author juga meningkat kemampuan gambarnya seiring dengan lama dan intensitas dia berkecimpung di dalamnya.

Gua suka sama desain karakter tokoh-tokoh dalam Wind Breaker ini. Mereka dibuat dengan pendekatan realistis, dilihat dari rupa dan postur tubuhnya. Okay, tentu banyak yang sangat ganteng, tapi nggak terlalu berlebihan.

Dan, sering banget tokoh-tokoh itu ditampilin kaya model. Cara author bikin pose, ekspresi, bahkan pakaian, itu yang bikin Wind breaker punya keunikannya sendiri.

Plot

Seperti yang gua bilang di awal, gua cukup menikmati jalannya cerita di dalam Wind Breaker. Cerita nggak hanya berkutat pada tokoh utama, tapi tokoh-tokoh pendamping pun diberi character development dan backstory masing-masing.

Alurnya maju ke depan, kadang di sisipin flashback. Gua sih nggak masalah sama detail dan sisipan-sisipan dalam cerita itu. Jadi memang udah sampai 400-an episode, tapi masih berkutat di kompetisi sepeda yang udah berlangsung dari pertengahan episode 100.

Mungkin yang agak mengganggu gua adalah plot armor buat Humming Bird, kru utama kita dalam manhwa ini. Gua kira manhwa ini akan berjalan seperti Haikyuu di mana dalam kompetisi tim itu akan menemui kegagalan. Namun, sampai season 4 ini Humming Bird bisa lanjut terus dalam kompetisi sepeda amatir itu. Memang banyak hal yang terjadi dan dialami oleh tokoh-tokoh kita sepanjang itu. Namun, nampaknya memang kompetisi amatir itu jadi satu-satunya arc pertandingan olahraga di sirkuit resmi dalam manhwa itu.

Anyway, gua deg-degan juga waktu lihat pertandingan anggota kru Humming bird di luar sirkuit. Di satu sisi gua berharap mereka terus menang, di sisi lain gua ingin mereka kalah untuk bikin mereka berkembang.

Bagian dari plot yang jujur gua kurang suka adalah penceritaan tentang Mia, tokoh cewek yang awalnya suka sama Jay. Part itu adalah arc-nya Mia, gimana dia yang menerima tawaran jadi model, tapi kemudian banyak teman SMA-nya yang iri dan menuduh dia jalan sama om-om sebagai harga yang harus dibayar untuk jadi model majalah.

Kalau di dunia nyata apa yang dialami Mia bikin gua simpati, karena kata-kata orang itu somehow bisa bikin gua nggak berani buat ngehadapin mreka, nggak berani keluar rumah, pingin menghilang aja. Namun, entahlah ya, pas gua baca bagian itu menurut gua cukup membosankan.

Menurut gua yang nge-carry konflik sekaligus jadi point penting adalah saat bagian Mia itu jadi ‘jalan’ buat mendekatnya Minu sama tokoh cewek ini. Kapal Minu dan Mia berlayar dari sana. Ditambah lagi, konflik Mia juga menegaskan karakter Shelly sebagai tokoh yang terus terang dan kind of strong girl.

Ohiya, soal plot ini. Gua juga agak kurang srek dengan cara author yang beberapa kali menempatkan Jay Jo sebagai hero out of nowhere. Kayak, dia yang sebelumnya pergi atau hilang entah kemana kemudian tiba-tiba bisa ikut di pertandingan buat menangin temen atau timnya. Menurut gua itu agak cheesy.

Beberapa drama yang dialami sama tokoh tertentu buat ngasih unjuk penderitaan yang dialami tokoh itu gua rasa juga sedikit klise, maksudnya gua udah sering menemukan trope itu di manga lain. Waktu baca, oh gini ya, oh begitu, udah.

Bagian plot yang gua suka, dan udah gua singgung di awal, adalah bagaimana alur itu kemudian membawa perubahan ka karakter tokoh Vinny. Dia punya banyak layer. Dari jahat, baik, ke jahat lagi, dengan cerita dia yang kompleks, lebih pelik naik turunnya dari pada tokoh utama.

Manhwa ini masih ongoing, ya. Dan gua amat menantikan bagaimana kelanjutan Jay Jo, Vinny, dan Humming Bird.

Baik, untuk soal plot, gua rasa cukup sampai di sini pembahasan gua.

Intermeso

Di akhir tiba-tiba gua keinget sama satu hal yang hampir lupa gua mention. Manhwa ini gaya pakainnya trendi banget, coy. Tokoh-tokohnya pakai merk-merk kaya Gallery Dept, Nike, dll — anjir, dah, modis banget. Pas gua buka instagram authornya, dia juga suka sama sepatu-sepatu dan pakaian dari brand-brand itu, nggak heran juga preferensi dia sedikit banyak dia tuangin di dalem karyanya.

Tokoh paling modis? Hmm, sulit buat menentukan, tapi gua paling suka sama Jay Jo. Tokoh paling ganteng (duh apa sih gua ini hahhah) menurut gua, sih, dia. Tapi, semakin baca ke belakang gua makin terkait sama Vinny, karena dia bad ass kali, ya.

Waktu Jay Jo muncul tentu gua senang banget karena dia uri MC. Tapi waktu Vinny muncul, gua kayak, “Ayolah, senyum dong. Dikit, kek,” gua berteriak-teriak gemas, terlebih dengan glow up dia di episode 400-an ini.

Vinny Hong (Hong Yubin)

Anyway, gua capek ngetik. Gua rasa cukup sampai di sini apa yang gua sampaikan soal Wind Breaker.

Singkatnya, mahwa ini worth to read.

Bagi kalian yang terbiasa dengan gambar-gambar bagus novel yang terbit di tahun sekarang, mohon bersabar sebentar ketika membaca bagian awal dari Wind Breaker, karena maklum ini manhwa udah terbit dari lama, jadi gambarnya pun menyesuaikan. But, tentunya kesabaran kalian akan berbuah manis semakin ke belakang.

Kalau mau catch-up ke episode mutahkir, lebih baik kalian baca yang versi Inggris karena kalau versi Indonesia baru sampai di season 3.

Terima kasih banyak bagi yang menyempatkan waktu buat membaca. See you later, yeorobun~~

--

--